KonsepDasar Paud Menurut Para Ahli. Nah, setelah mempelajari kegiatan belajar 1 dari modul 1 ini, anda diharapkan mampu: (1) menjelaskan pengertian bermain, (2) menjelaskan teori bermain menurut pendapat para ahli, dan (3) menjelaskan karakteristik bermain. Model strategi dan pengertiaan pembelajaran anak usia dini menurut para ahli. 1 Murid mencapai keberhasilan dengan baik tanpa bantuan. 2. Murid mencapai keberhasilan dengan bantuan orang lain. 3. Murid gagal meraih keberhasilan. Dalam teori vygotsky ini anak usia dini menggunakan pembicaraan bukan untuk komunikasi saja tetapi juga membantu anak dalam mengerjakan tugasnya sebagai murid. PentingnyaPAUD : Mengapa PAUD penting bagi perkembangan anak? Inilah alasan pentingnya PAUD Menurut Para Ahli. Pentingnya pendidikan anak usia dini (paud) MEMBAWA Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa displin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak Inilahpandangan para ahli tentang paud dan ulasan lain mengenai hal-hal yang masih ada kaitannya dengan pandangan para ahli tentang paud yang Anda cari. Berikut ini tersedia beberapa artikel yang menjelaskan secara lengkap tentang pandangan para ahli tentang paud. Klik pada judul artikel untuk memulai membaca. Pengembangan Model Layanan Program USAha Kesehatan Sekolah (Uks) Terintegrasi Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Di Kota Semarang (Studi Pada Lembaga Taman Kanak-kanak Di Kota Semarang)." Jurnal Penelitian Pendidikan Unnes , vol. 33, no. 2, 1 Oct. 2016, pp. 117-126, doi: 10.15294/jpp.v33i2.9094 . Berikutini, akan Anda baca pandangan singkat para ahli tentang bermain. 1. Herbert Spencer. Menurut Herbert Spencer (Catron & Allen, 1999) anak bermain karena mereka punya energi berlebih. Energi ini mendorong mereka untuk melakukan aktivitas sehingga mereka terbebas dari perasaan tertekan. Hal ini berarti, tanpa bermain, anak akan mengalami SVduiVC. Pengertian PAUD secara filosofi adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak usia dini untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga mereka mempunyai kesiapan memasuki pendidikan selanjutnya dengan upaya pemberian rangsangan pendidikan. PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini merupakan bagian dari pendidikan seumur hidup sebagai sebuah konsep yang dipopulerkan oleh UNESCO dalam istilah "Life long Education". Pendidikan Anak Usia Dini PAUD adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfalisitasi pertumbuhan serta perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak Pengertian PAUD Berdasarkan Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini AdalahSuatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhandan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut Dalam agama islam disampaikan bahwa "Seorang anak dilahirkan dalam keadaan suci fitrah, orang tua merekalah yang membuat anak tersebut menjadi Nasrani,Yahudi atau Majusi, maka untuk meningkatkan potensi kebaikan anak harus dilakukan sejak usia dini. Pengertian PAUD secara etimologi Pemahaman PUD secara etimologi pendidikan paedagagie, paedagagie berasal dari bahasa yunani yang tersusun dari kata pais artinya anak, dan again yang artinya membimbing, dengan demikian paedagagie adalah bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa arab pendidikan di istilahkan dengan kata tarbiyat yang memiliki banyak makna diantaranya yaitu Al-ghadzadza memberi makan atau memlihara Nammaha wa zadaha mengembangkan dan menambahkan Atamma wa ashlaka menyempurnakan dan membereskan Allawatuhu meninggikan Sementara itu dalam bahasa inggis pendidikan di istilahkan dengan kata education yang mempunyai persamaan kata dengan process of teaching, training, and learning yang berarti proses pengajaran, latihan dan pembelajaran. Upaya dalam Pendidikan Anak Usia Dini PAUD PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga 6 tahun secara menyeluruh, yang meliputi aspek fisik serta non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani moral,spiritual, akal pikiran, motorik, emosional dan sosial yang tepat agar anakdapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Upaya yang dapat dilakukan dalam Pendidikan Anak Usia Dini mencakup diantaranya yaitu stimulasi intelektual pemeliharaan kesehatan pemberian nutrisi memberikan kesempatan yang luas untuk mengekplorasi dan belajar secara aktif Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini PAUD Berdasarkan karakteristiknya pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini terbagi dalam beberapa tahapan, diantaranya yaitu Masa bayi lahir sampai 12 dua belas bulan Masa toddler yaitu usia 1 sampai 3 tahun Masa pra sekolah yaitu usia 3 sampai 6 tahun Masa kelas awal SD sekolah dasar usia 6 sampai 8 tahun Pertumbuhan serta perkembangan anak usia dini perlu adanya pengarahan dan peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan serta perkembangan manusia seutuhnya yang mencakup pertumbuhan dan perkembangan daya fisik, daya fikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh pada pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Perlakuan terhadap anak usia dini diyakini mempunyai efek kumulatif yang akan terbawa dan berpengaruh terhadap fisik dan mental anak dalam kehidupannya, sehingga perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini perlu diarahkan dengan baik. Seorang anak yang mendapat layanan Pendidikan Anak Usia Dini PUD dengan baik sejak usia dini memiliki harapan lebih besar untuk meraih kesuksesan masa depan, begitu pula sebaliknya anak yang tidak mendapat pendidikan sejak usia dini layanan pendidikan yang memadai membutuh perjuangan yang cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya. Filosofi PAUD Pendidikan Anak Usia Dini Dalam pemahaman filosofi PAUD terdapat beberapa pemikiran mengenai pendidikan anak usia dini yang melahirkan filosofi PAUD Pendidikan Anak Usia Dinitokoh-tokoh tersebut diantaranya 1. PAUD dalam filosofi Islam Nabi Muhammad SAW merupakan Pemikir utama dalam Pendidikan Anak Usia Dini Beliau adalah tokoh pendidikan yang menganjurkan pendidikan harus dimulai sejak kecil, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW "Utlubul 'ilma minal mahdi illal lahdi" yang artinya Tuntutlah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat. Dalam Hadits tersebut merupakan petunjuk yang tegas tentang pendidikan yang ditekankan sejak usia dini, bahwa pendidikan merupakan kontinuitas yang dimulai sejak anak masih dalam gendongan orang tua sampai meninggal dunia, hadits Nabi Muhammad SAW tersebut memberikan makna bahwa pendidikan itu sangat penting dan tidak ada kata berhenti untuk belajar menuntut ilmu. 2. Filosofi PAUD menurut Ki Hajar Dewantara Ki Hajar Dewantara mengemukakan pendapatnya bahwa anak-anak adalah mahluk hidup yang memiliki kodratnya masing-masing. kaum pendidik hanya membantu menuntun kodratnya anak tersebut, apabila anak memiliki kodrat yang tidak baik, maka tugas pendidik untuk membantunya menjadi baik. jika anak sudah memiliki kodrat yang baik, akan ia akan lebih baik lagi jika dibantu melalui pendidikan. Kodrat dan lingkungan merupakan konvergensi yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya, untuk rentang usia dalam pendidikan dibagi menjadi 3 tiga0 masa diantaranya yaitu Masa kanak-kanakkinderperiod usia 1 sampai 7 Tahun cara mendidik untuk masa kanak-kanak adalah dengan memberi contoh dan pembiasaan Masa pertumbuhan jiwa dan pikiran Usia usia 7 sampai 14 Tahun cara mendidik untuk pertumbuhan jiwa dan pikiran dengan cara pengajaran dan perintah/hukuman/paksaan Masa sosial period terbentuknya budi pekerti usia 14 sampai 21 Tahun cara mendidik untuk masa sosial period dengan cara laku dan pengalaman lahir dan batin Demikian tentang Pengertian PAUD Secara Filosofi dan Menurut Para Ahli Pengertian PAUD Secara Filosofi dan Menurut Para Ahli Fisolofi Pendidikan Anak, semoga bermanfaat dapat dijadikan acuan dalam memberikan pendidikan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini Uploaded byVina Ulandari 0% found this document useful 0 votes1 views1 pageOriginal TitlePANDANGAN PARA AHLI TENETANG PAUDCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes1 views1 pagePandangan para Ahli Tenetang PaudOriginal TitlePANDANGAN PARA AHLI TENETANG PAUDUploaded byVina Ulandari Full descriptionJump to Page You are on page 1of 1Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Model strategi dan pengertiaan Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Para Ahli. Kegiatan Pembelajaran PAUD Pendidikan anak usia dini harus disesuaikan dengan beberapa metode yang termuat dalam karakteristik cara belajar anak usia dini. Pembelajaran PAUD dikemukakan beberapa ahli sebagai berikut Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Para Ahli 1. MALOW Menurut Maslow, dalam perkembangannya anak mempunyai berbagai kebutuhan yang perlu dipenuhi, yaitu kebutuhan primer yang mencakup pangan, sandang, dan papan’ serta kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan penghargaan terhadap dirinya. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, anak termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah bersifat dasar/fisiologis sampai yang paling tinggi aktualisasi diri. Adapun hirarki kebutuhan diambil dari Wikipedia tersebut adalah sebagai berikut a. Kebutuhan fisiologis atau dasar Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar basic needs yang jika tidak dipenuhi maka manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman safety needs. b. Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan keselamatan membiarkan individu untuk merasa selamat dan aman. Jika safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan anak tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif. c. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi Setiap anak ingin mempunyai hubungan yang hangat dan akrab, bahkan mesra dengan orang-orang di sekitarnya. Ia ingin mencintai dan dicintai. Anak ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Anak butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga. d. Kebutuhan untuk dihargai Anak yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri self actualization. e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri Pemenuhan potensi diri sendiri dikenali. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri terdiri dari kebenaran, kebaikan, keindahan atau kecantikan, keseluruhan kesatuan, dikotomi-transedensi, erkehidupan berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya, keunikan, kesempurnaan, keniscayaan, penyelesaian, keadilan, keteraturan, kesederhanaan, kekayaan, bermain, dan mencukupi diri sendiri Terpenuhinya kebutuhan tersebut akan memungkinkan anak mendapat peluang mengaktualisasikan dirinya, dan hal ini dapat menghadirkan pelatuk untuk mengembangkan seluruh potensi secara utuh. Pemenuhan kebutuhan dalam harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Prinsip tersebut dinamakan praktek-praktek yang sesuai dengan perkembangan anak atau disebut juga developmentally appropriate practice atau DAP 2. SMILANSKY Smilansky mengungkapkan bahwa anak usia dini belajar melalui panca indranya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungannya. Terdapat beberapa tipe bermain dalam pembelajaran yang dijabarkan Smilansky, diantaranya yaitu functional play, constuctive play, dramatic play dan game with rules. Functional play adalah sebuah bentuk permainan dimana anak menggunakan indera dan otot-ototnya untuk bereksperimen dengan bahan-bahan baik didalam maupun di luar ruangan dan belajar bagaimana sesuatu dapat bergerak bersamaan. Hal ini memuaskan kebutuhan anak untuk menjadi aktif dan bereksplorasi. Dalam bermain fungsional anak mengulang perilaku mereka terus menerus sambil berbicara pada dirinya sendiri tentang apa yang ia lakukan. Dalam bermain pembangunan membantu anak dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang akan mendukung dalam kegiatan akademik. Smilansky mengungkapkan bahwa di dalam constuctive play, children’s actions are purposeful and directed toward a goal. Ketika anak diberikan kesempatan untuk bermain ini berarti anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan perkembangan kognitif, sosial, emosional dan perkembangan fisiknya. Dramatic play dapat berkembang sepanjang bermain fungsional. Perbedaan utama antar bermain drama dengan bermain jenis laniinya adalah bahwa bermain drama berorientasi pada orang, bukan berorientasi pada bahan atau objek. Anak-anak yang tidak terlibat secara terus menerus dalam bermain peran dengan anak-anak lain mengalami kesulitan di kemudian hari. Dalam kegiatan game with rules anak sudah memahami dan bersedia mematuhi peraturan permainan. Aturan permainan pada awalnya dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terlibat dalam permainan asalkan tidak menyimpang jauh dari aturan umumnya., misalnya bermain kartu domino, bermain tali atau monopoli Sujiono, 2009119 3. ERIKSON Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia adalah sintesis dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas social Sumantri & Syaodih, 2008 Perkembangan afektif merupakan dasar perkembangan manusia. Erikson membagi delapan tahap perkembangan psikososial anak yaitu sebagai berikut. a. Trust vs Mistrust 0-1 thn Bayi yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diaajak main dan bicara, maka akan tumbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang disekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan hidupnya. Jika sebaliknya, maka pada bayi akan tumbuh rasa takut serta ketidakpercayaan terhadap dunia di sekelilingnya. b. Autonomy vs Shame & Doubt 2-3 thn Jika anak menninggalkan masa perkembangan ini dengan autonomi yang lebih kecil daripada rasa malu dan ragu, ia akan mengalami kesulitan untuk memperoleh autonomi pada masa remaja dan dewasanya. Sebaliknya, jika anak melalui masa ini dengan adanya keseimbangan serta dapat mengatasi rasa malu dan ragu dengan rasa outonomus, maka ia sudah siap menghadapi siklus kehidupan berikutnya. c. Initiative vs Guilt 4-5 thn Anak yang diberi kebebasan dan kesempatan untuk berinisiatif pada permainan motoris serta mendapat jawaban yang memadai dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya, maka inisiatifnya akan berkembang dengan pesat. d. Industry vs Inferiority 6 th-pubertas Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain, dan belajar menurut peraturan yang ada. Pengalaman-pengalaman anak mempengaruhi industyi dan infentiority anak. e. Identity & Repudiation vs Identity Diffusion masa remaja Pada masa ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai perasaan-perasan dan keingainan baru sebagai akibat perubahan-perubahan tubuhnya. f. Intimacy & Solidarity vs Isolation masa dewasa muda Pada tahap ini keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua. Jika intimacy tidak terdapat di antara sesama teman, akan terdapat apa yang disebut isolation. g. Generativity vs Stagnation masa dewasa Generativity berarti orang mulai memikirkan orang-orang lain di luar keluarganya sendiri. Orang yang tidak berhasil mencapai generavity berarti ia berada dalam keadaan self absorption dengan hanya memutuskan perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan dan kesenangan pribadinya saja. h. Integrity vs Despair masa tua. Pada tahap ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan. Integrity timbul dari kemampuan individu untuk melihat kembali kehidupannya yang lalu dengan kepuasan. Sedangkan despair, yaitu keadaan dimana individu yang menengok ke belakang dan meninjau kembali kehidupannya di masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah. 4. PIAGET Menurut pandangan Piaget dalam Sujiono, 2012 120 intelegensi anak berkembang melalui suatu proses active learning dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk terlihat secara aktif dalam kegiatan yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera anak. Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 fase, yaitu a. Sensori Motor 0-2 tahun Pada tahap ini anak berinteraksi dengan dunia sekitar melalui panca indera. Dapat berpikir kompleks seperti bagaimana cara untuk mendapatkan suatu benda yang diinginkan dan melakukan apa yang diinginkannya dengan benda tersebut. Kemampuan ini merupakan awal berpikir secara simbolik yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empirik. b. Pra Operasional 2-7 tahun Fase ini merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Cara berpikir anak belum stabil dan belum terorganisir secara deduktif. c. Operasi Konkret 7-12 tahun Anak sudah mempunyai kemampuan berpikir secara logis dengan syarat objek yang menjadi sumber berpikir tersebut hadir secara konkret. Anak dapat mengklasifikasi objek, mengurutkan benda sesuai dengan tata urutannya, memahami cara pandang orang lain dan berpikir secara deduktif. d. Operasi Formal 12 tahun ke atas Anak dapat bepikir secara abstrak seperti kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, melakukan proses berpikir ilmiah yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. 5. VYGOTSKY Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky adalah interaksi antara aspek internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Vygotsky memandang bahwa kognitif anak berkembang melalui interaksi sosial. Anak mengalami interaksi dengan orang yang lebih tahu. Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan konsep zone of proximal development ZPD sebagai kapasitas potesial belajar anak yang dapat berwujud melalui bantuan orang dewasa atau orang yang lebih terampil Sujiono, 2012 115. ZPD atau scaffolding interpretation merupakan tahapan untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Empat tahapan yang terjadi dalam perkembangan dan pembelajaran a Tindak anak-anak masih dipengaruhi/dibantu orang lain b Tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri c Tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi d Tindakan spontan akan terus diulang-ulang hingga anak siap untuk berpikir secara abstrak. Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang. Pembelajaran berdasarkan scaffolding yaitu memberikan ketrampilan yang penting untuk pemecahan masalah secara mandiri, seperti diskusi dan praktek langsung. Zone of Proximal Development adalah wilayah dimana anak mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang kompeten. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu. Ada beberapa prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky dikelas Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif. ZPD dapat menjadi pemandu dalam penyusunan kurikulum dan pelajaran. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata’ mereka. 6. HOWARD GARDNER Teori Kecerdasan Ganda Multiple Inteligence dikemukakan oleh Howard Gardner, seorang profesor psikologi dari Harvard University. Gardner mengatakan bahwa orang yang berbeda memiliki kecerdasan yang berbeda. Howard Gardner dalam bukunya The Theory of Multiple Intelegence mengusulkan delapan macam komponen kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence Intelegensi Ganda. Intelegensi ganda meliputi a kecerdasan linguistik-verbal dan b kecerdasan logika-matematik c kecerdasan spasial-visual, d kecerdasan ritmik-musik, e kecerdasan kinestetik, f kecerdasan interpersonal, g kecerdasan intrapersonal, h kecerdasan naturalis. Howard Gardner mengemukakan bahwa pada dasarnya anak memiliki delapan jenis kecerdasan dasar tersebut. a. Kecerdasan Bahasa Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks. Anak dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. b. Kecerdasan Matematis/Logis Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan angka-angka dan bilangan, berpikir logis dan ilmiah, adanya konsistensi dalam pemikiran. Anak yang cerdas secara logika-matematika seringkali tertarik dengan pola dan bilangan/angka-angka. Mereka belajar dengan cepat operasi bilangan dan cepat memahami konsep waktu, menjelaskan konsep secara logis, atau menyimpulkan informasi secara matematik. c. Kecerdasan Spasial Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan anak untuk melihat secara rinci gambaran visual yang terdapat di sekitarnya. Anak yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis. d. Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik. Kecerdasan ini ditunjukkan oleh kemampuan seseorang untuk membangun hubungan yang penting antara pikiran dengan tubuh. e. Kecerdasan Musikal Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Kecerdasan musikal merupakan suatu alat yang potensial karena harmoni dapat merasuk ke dalam jiwa seseorang melalui tempat-tempat yang tersembunyi di dalam jiwa. f. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara efektif dengan orang lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, anak dapat memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan respon yang layak g. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain. h. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini. NOJenis KecerdasanKecenderungan / KegemaranMetode Belajar 1Bahasa / VerbalGemar - membaca - menulis - bercerita - bermain kataMembaca, menulis, mendengar 2Matematis LogisGemar - bereksperimen - tanya jawab - menjawawab teka-teki logisBerhitung, aplikasi rumus, eksperimen 3SpasialGemar - mendesain - menggambar - berimajinasi - membuat sketsaObservasi, menggambar, mewarnai, membuat peta 4Kinestetik tubuhGemar - menari - berlari - melompat - meraba - memberi isyaratMembangun, mempraktekan. menari, ekspresi 5Musikal Gemar - bernyanyi - bersiul - bersenandungMenyanyi, menghayati lagu, mamainkan instrumen musik 6InterpersonalGemar - memimpin - berorganisasiObservasi alam dan bermain kelompok bersama teman-teman 7Intrapersonal Gemar - menyendiri - memilih tokoh favorit yang positif, dan membaca serta menjadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam memecahkan suatu permasalahanMeluangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami. 8NaturalisGemar - bermain di alam - memelihara hewan - senang dengan tumbuh-tumbuhanMengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Kemampuan mendidik sangat erat kaitannya dengan kemampuan mengidentifikasi dan melihat potensi kecerdasan pembelajar serta memahami bagaimana hal itu dikumpulkan dalam suatu rangkaian belajar yang menarik. Setiap pembelajar memiliki sembilan kecerdasan dan dapat dikembangkan sampai tingkat kompetensi yang paling optimal dapat dicapai anak. Di sisi lain, masing-masing anak memiliki kecenderungan inklinasi terhadap kecerdasan tertentu atau kelebihan yang ditunjukkan melalui perilaku spesifik. Dalam pembelajaran harus dihindari pembatasan kemampuan hanya dalam satu katagori atau wilayah kecerdasan tertentu saja. Tetapi lebih penting bagaimana anak di perlakukan sebagai orang yang sedang melakukan perjalanan hidupnya dengan cara yang memungkinkan mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya. Tabel tersebut menggambarkan tentang kecenderungan dan kegemaran dan perilaku yang dapat dimati dan metode belajar yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan masing-masing kecerdasan. Semoga Pembelajaran Anak Usia Dini Menurut Para Ahli bermanfaat. PENDAPAT PARA AHLI TENTANG PANDANGAN FILOSOFI PAUD Johann Heinrich Pestalozzi Johann Heinrich Pestalozzi adalah seorang ahli pendidikan Swiss yang hidup antara 1746-1827. Pestalozzi adalah seorang tokoh yang memiliki pengaruh cukup besar dalam dunia pendidikan. Pestalozzi berpandangan bahwa anak pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada anak berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa masing-masing tahap partumbuhan dan perkembangan seorang individu haruslah tercapai dengan sukses sebelum berlanjut pada tahap berikutnya. Permasalahan yang muncul dalam suatu tahap perkembangan akan menjadi hambatan bagi individu tersebut dalam menyelesaikan tugas perkembangannya dan hal ini akan memberikan pengaruh yang cukup besar pada tahap berikutnya. Pestalozzi memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pendidikan adalah berdasarkan pengaruh panca indera, dan melalui pengalaman- pengalaman tersebut potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu dapat dikembangkan. Pestalozzi percaya bahwa cara belajar yang terbaik untuk mengenal berbagai konsep adalah dengan melalui berbagai pengalaman antara lain dengan menghitung, mengukur, merasakan dan menyentuhnya. Pandangannya tentang tujuan pendidikan ialah memimpin anak menjadi orang yang baik dengan jalan mengembangkan semua daya yang dimiliki oleh anak. Ia memandang bahwa segala usaha yang dilakukan oleh orang dewasa harus disesuaikan dengan perkembangan anak menurut kodratnya, sebab pendidikan pada hakekatnya adalah suatu usaha pemberian pertolongan agar anak dapat menolong dirinya sendiri di kemudian hari. Pandangan Pestalozzi tentang anak dapat disimpulkan bahwa anak harus aktif dalam menolong atau mendidik dirinya sendiri. Selain itu perkembangan anak berlangsung secara teratur, maju setahap demi setahap, implikasi atau pengaruhnya adalah bahwa pembelajaranpun harus maju teratur selangkah demi selangkah. Selain itu Pestalozzi memandang bahwa keluarga merupakan cikal bakal pendidikan yang pertama, sehingga baginya seorang ibu memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam memberikan dasar- dasar pendidikan yang pertama bagi anak-anaknya. Dari pandangannya tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan terutama lingkungan keluarga memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian seorang anak pada awal kehidupannya. Kasih sayang yang didapatkan anak dalam lingkungan keluarganya akan membantu mengembangkan potensinya. Dalam pandangan Pestalozzi kecintaan yang diberikan ibu kepada anaknya akan memberikan pengaruh terhadap keluarga, serta menimbulkan rasa terima kasih dalam diri anak. Pada akhirnya, rasa terima kasih tersebut akan menimbulkan kepercayaan anak terhadap Tuhan. Dari uraian di atas, nampak bahwa Pestalozzi menghendaki bentuk pendidikan yang harmonis yang seimbang antara jasmani, rohani, social dan agama. Pandangan Maria Montessori Maria Montessori hidup sekitar tahun 1870-1952. Ia adalah seorang dokter dan ahli tentang manusia yang berasal dari Italia. Pemikiran-pemikiran serta metode yang dikembangkannya masih populer di seluruh dunia. Pandangan Montessori tentang anak tidak terlepas dari pengaruh pemikiran ahli yang lain yaitu Rousseau dan Pestalozzi yang menekankan pada pentingnya kondisi lingkungan yang bebas dan penuh kasih agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal. Montessori memandang perkembangan anak usia prasekolah/TK sebagai suatu proses yang berkesinambungan. Ia memahami bahwa pendidikan merupakan aktivitas diri yang mengarah pada pembentukan disiplin pribadi, kemandirian dan pengarahan diri. Menurut Montessori, persepsi anak tentang dunia merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Untuk itu ia merancang sejumlah materi yang memungkinkan indera seorang anak dikembangkan. Dengan menggunakan materi untuk mengoreksi diri, anak menjadi sadar terhadap berbagai macam rangsangan yang kemudian disusun dalam pikirannya. Montessori mengembangkan alat-alat belajar yang memungkinkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan. Pendidikan Montessori juga mencakup pendidikan jasmani, berkebun dan belajar tentang alam. Montessori beranggapan bahwa pendidikan merupakan suatu upaya untuk membantu perkembangan anak secara menyeluruh dan bukan sekedar mengajar. Spirit atau nilai-nilai dasar kemanusiaan itu berkembang melalui interaksi antara anak dengan lingkungannya. Montessori meyakini bahwa ketika dilahirkan, anak secara bawaan sudah memiliki pola perkembangan psikis atau jiwa. Pola ini tidak dapat teramati sejak lahir. Tetapi sejalan dengan proses perkembangan yang dilaluinya maka akan dapat teramati. Anak memiliki motif atau dorongan yang kuat ke arah pembentukan jiwanya sendiri self construction sehingga secara spontan akan berusaha untuk membentuk dirinya melalui pemahaman terhadap lingkungannya. Montessori menyatakan bahwa dalam perkembangan anak terdapat masa peka, suatu masa yang ditandai dengan begitu tertariknya anak terhadap suatu objek atau karakteristik tertentu serta cenderung mengabaikan objek yang lainnya. Pada masa tersebut anak memiliki kebutuhan dalam jiwanya yang secara spontan meminta kepuasan. Masa peka ini tidak bisa dipastikan kapan timbulnya pada diri seorang anak, karena bersifat spontan dan tanpa paksaan. Setiap anak memiliki masa peka yang berbeda. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa jika masa peka tersebut tidak dipergunakan secara optimal maka tidak akan ada lagi kesempatan bagi anak untuk mendapatkan masa pekanya kembali. Tetapi meskipun demikian, guru dapat memprediksi atau memperkirakan timbulnya masa peka pada seorang anak dengan melihat minat anak pada saat itu. Berkaitan dengan hal tersebut maka tugas seorang guru adalah mengamati dengan teliti perkembangan setiap muridnya yang berhubungan dengan masa pekanya. Kemudian guru dapat memberikan stimulasi atau rangsangan yang dapat membantu berkembangnya masa peka anak sesuai dengan fungsinya. Anak memiliki kemampuan untuk membangun sendiri pengetahuannya, dan hal tersebut dilakukan oleh anak mulai dari awal sekali. Gejala psikis atau kejiwaan yang memungkinkan anak membangun pengetahuannya sendiri dikenal dengan istilah jiwa penyerap absorbent mind. Dengan gejala psikis/kejiwaan tersebut anak dapat melakukan penyerapan secara tidak sadar terhadap lingkungannya, kemudian menggabungkannya dalam kehidupan psikis/jiwanya. Seiring dengan perkembangannya, maka proses penyerapan tersebut akan berangsur disadari. Pandangan Froebel Froebel yang bernama lengkap Friendrich Wilheim August Froebel, lahir di Jerman pada tahun 1782 dan wafat pada tahun 1852. Pandangannya tentang anak banyak dipengaruhi oleh Pestalozzi serta para filsuf Yunani. Froebel memandang anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang buruk timbul karena kurangnya pendidikan atau pengertianyang dimiliki oleh anak tersebut. Setiap tahap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Anak memiliki potensi, dan potensi itu akan hilang jika tidak dibina dan dikembangkan. Tahun-tahun pertama dalam kehidupan seorang anak amatlah berharga serta akan menentukan kehidupannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu masa anak merupakan masa emas The Golden Age bagi penyelenggaraan pendidikan. Masa anak merupakan fase/tahap yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase/tahap inilah terjadinya peluang yang cukup besar untuk pembentukan dan pengembangan pribadi seseorang. Pendidikan keluarga sebagai pendidikan pertama bagi anak dalam kehidupannya, sangatlah penting, karena kehidupan yang dialami oleh anak pada masa kecilnya akan menentukan kehidupannya di masa depan. Froebel memandang pendidikan dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Ia menggunakan taman sebagai simbol dari pendidikan anak. Apabila anak mendapatkan pengasuhan yang tepat, maka seperti halnya tanaman muda akan berkembang secara wajar mengikuti hukumnya sendiri. Pendidikan taman kanak- kanak harus mengikuti sifat dan karakteristik anak. Oleh sebab itu bermain dipandang sebagai metode yang tepat untuk membelajarkan anak, serta merupakan cara anak dalam meniru kehidupan orang dewasa di sekelilingnya secara wajar. Froebel memiliki keyakinan tentang pentingnya belajar melalui bermain Pandangan Rousseau Jean Jacques Rousseau yang hidup antara Tahun 1712 sampai dengan tahun 1778, Dilahirkan di Geneva, Swiss, tetapi sebagian besar waktunya dihabiskan di Perancis. Rousseau menyarankan konsep “kembali ke alam” dan pendekatan yang bersifat alamiah dalam pendidikan anak. Bagi Rousseau pendekatan alamiah berarti anak akan berkembang secara optimal, tanpa hambatanMenurutnya pula bahwa pendidikan yang bersifat alamiah menghasilkan dan memacu berkembangnya kualitas semacam kebahagiaan, spontanitas dan rasa ingin tahu. Rousseau percaya bahwa walaupun kita telah melakukan kontrol terhadap pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sosial dan melalui indera, tetapi kita tetap tidak dapat mengontrol pertumbuhan yang sifatnya alami. Untuk mengetahui kebutuhan anak, guru harus mempelajari ilmu yang berkaitan dengan anak-anak. Tujuannnya adalah agar guru dapat memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat anak. Jadi yang menjadi titik pangkal adalah anak. Tujuan pendidikan menurut gagasan Rousseau adalah membentuk anak menjadi manusia yang bebas. Rousseau memiliki keyakinan bahwa seorang ibu dapat menjamin pendidikan anaknya secara alamiah. Ia berprinsip bahwa dalam mendidik anak, orang tua perlu memberi kebebasan pada anak agar mereka dapat berkembang secara alamiah Pandangan Jean Piaget dan Lev Vigotsky Pandangan konstruktivis dimotori oleh dua orang ahli psikilogi yaitu Jean Piaget dan Lev Vigotsky. Pada dasarnya paham konstruktivis ini mempunyai asumsi bahwa anak adalah pembangun pengetahuan yang aktif. Anak mengkonstruksi/membangun pengeta- huannya berdasarkan pengalamannya. Pengetahuan tersebut diperoleh anak dengan cara membangunnya sendiri secara aktif melalui interaksi yang dilakukannya dengan lingkungan. Menurut paham ini anak bukanlah individu yang bersifat pasif, yang hanya menerima pengetahuannya dari orang lain. Anak adalah makhluk belajar yang aktif yang dapat mengkreasi/mencipta dan membangun pengetahuannya sendiri. Para ahli konstruktif meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak memahami dunia di sekeliling kita mereka. Pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya anak, orang dewasa dan lingkungan. Anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia. Mereka memahami apa yang terjadi di sekeliling mereka dengan mensintesa pengalaman-pengalaman baru dengan apa yang telah mereka pahami sebelumnya. Contoh berikut ini akan membantu Anda untuk memahami pandangan ini. Seorang anak TK yang keluarganya memiliki seekor anjing berjalan-jalan dengan mengendarai mobil bersama keluarganya. Mereka melintasi seekor sapi di suatu lapangan. Anak itu menunjuk dan mengatakan “anjing”. Orang tuanya memberitahukan anak tersebut bahwa binatang tersebut bukanlah seekor anjing melainkan sapi dan bahwa sapi berbeda dengan anjing. Informasi yang baru tersebut akan dicerna dengan apa yang telah diketahui dan penyesuaian mental akan terbentuk Meskipun anak harus membangun sendiri pemahaman, pengetahuan, dan pembelajaran mereka, peran orang dewasa sebagai fasilitator dan mediator sangatlah penting. Berdasarkan asumsi tadi nampak bahwa pendekatan ini menekankan pada pentingnya keterlibatan anak dalam proses pembelajaran. Untuk itu maka guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, akrab, dan hangat melalui kegiatan bermain maupun berinteraksi dengan lingkungan sehingga dapat merangsang partisipasi aktif dari anak. Piaget dan Vigotsky sama-sama menekankan pada pentingnya aktivitas bermain sebagai sarana untuk pendidikan anak, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas berfikir. Lebih jauh mereka berpendapat bahwa aktivitas bermain juga dapat menjadi akar bagi perkembangan perilaku moral. Hal itu terjadi ketika dihadapkan pada suatu situasi yang menuntut mereka untuk berempati serta memenuhi aturan dan perannya dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi yang dilakukan anak dengan lingkungan sekitarnya, baik itu orang dewasa maupun anak-anak yang lainnya dapat memberikan bekal yang cukup berharga bagi anak, karena dapat membantu mengembangkan kemampuan berbahasa, berkomunikasi serta bersosialisasi, dan yang tidak kalah pentingnya adalah melalui interaksi tersebut anak akan belajar memahami perasaan orang, menghargai pendapat mereka, sehingga secara tidak langsung anak juga berlatih mengekspresikan/menunjukkan emosinya. Pandangan Ki Hadjar Dewantara Nama aslinya adalah Suwardi Suryaningrat lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Ki Hadjar memandang anak sebagai kodrat alam yang memiliki pembawaan masing-masing serta kemerdekaan untuk berbuat serta mengatur dirinya sendiri. Akan tetapi kemerdekaan itu juga sangat relatif karena dibatasi oleh hak-hak yang patut dimiliki oleh orang lain. Anak memiliki hak untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, sehingga anak patut diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan tidak terus menerus dicampuri atau dipaksa. Pamong hanya boleh memberikan bantuan apabila anak menghadapi hambatan yang cukup berat dan tidak dapat diselesaikan. Hal tersebut merupakan cerminan dari semboyan “tut wuri handayani”. Ki Hadjar juga berpandangan bahwa pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah lahir dan batin, serta dapat memerdekakan diri. Kemerdekaan itu hendaknya diterapkan pada cara berfikir anak yaitu agar anak tidak selalu diperintahkan atau dicekoki dengan buah pikiran orang lain saja tetapi mereka harus dibiasakan untuk mencari serta menemukan sendiri berbagai nilai pengetahuan dan keterampilan dengan menggunakan pikiran dan kemampuannya sendiri. Uraian di atas memperlihatkan bahwa Ki Hadjar memandang anak sebagai individu yang memiliki potensi untuk berkembang, sehingga pemberian kesempatan yang luas bagi anak untuk mencari dan menemukan pengetahuan, secara tidak langsung akan memberikan peluang agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa anak lahir dengan kodrat atau pembawaannya masing-masing. Kekuatan kodrati yang da pada anak ini tiada lain adalah segala kekuatan dalam kehidupan batin dan lahir anak yang ada karena kekuasaan kodrat karena faktor pembawaan atau keturunan yang ditakdirkan secara ajali. Kodrat anak bisa baik dan bisa pula sebaliknya. Kodrat itulah yang akan memberikan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan pemahaman seperti di atas, Dewantara memandang bahwa pendidikan itu sifatnya hanya menuntun bertumbuhkembangnya kekuatan-kekuatan kodrati yang dimiliki anak. Pendidikan sama sekali tidak mengubah dasar pembawaan anak, kecuali memberikan tuntunan agar kodrat-kodrat bawaan anak itu bertumbuhkembang ke arah yang lebih baik. Pendidikan berfungsi menuntun anak yang berpembawaan tidak baik menjadi lebih berkualitas lagi disamping untuk mencegahnya dari segala macam pengaruh jahat. Dengan demikian, tujuan pendidikan itu adalah untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar ia sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaaan yang setinggi-tingginya dalam hidupnya.” Demikian beberapa pendapat para ahli yang telah mengungkapkan pendapatnya mengenai hakekat anak. Apakah kesimpulan Anda mengenai hakekat anak dari berbagai pendapat yang telah Anda baca. Baik, setelah Anda memahami mengenai hakekat anak selanjutnya Anda akan mengikuti uraian mengenai bagaiman cara belajar anak yang juga sangat penting untuk Anda ketahui.

pandangan para ahli tentang paud